Bismillahirrahmanirrahiim
Ini adalah kisah yang saya alami pribadi
Semoga bermanfaat..
Vertigo. Saya mengenal penyakit ini sejak duduk di bangku SMP pada tahun 2007, karena saya mengalaminya. Beberapa kali kena vertigo membuat babeh saya tidak percaya mengapa anak kecil bisa terserang vertigo, dan saat ke dokter pun dokternya mengatakan bahwa saya vertigo dan diberi obat vertigo. Namun vertigo ini jarang saya alami. Hingga pada tahun 2012-2013 saya sering mengalami vertigo, parahnya vertigo datang saat saya sedang mengendarai motor. Walhasil, saya sering terjatuh dari motor secara langsung bersamaan dengan datangnya vertigo. alhamdulillah, saya masih hidup.
Tahun 2014 awal saya merasa pusing sekali saat naik kereta gantung, turun dari kereta gantung pun saya merasa agak hilang keseimbangan. Saya bilang ke babeh saya bahwa saya pusing. Hingga pada bulan Februari saya terserang vertigo hebat. Biasanya vertigo saya hilang dalam kurun waktu 10-20 menit, tapi ini berjam-jam tak kunjung hilang. Saya muntah-muntah tidak kunjung berhenti, hingga yang saya muntahkan adalah cairan-cairan asam dari lambung. Saya tidak bisa membuka mata karena vertigonya sangat hebat membuat saya semakin mual.
Saya pun dibawa ke klinik 24 jam, dan dokter langsung meng-infus saya dengan infus glukosa 5% dengan durasi cepat karena saya sudah kehilangan banyak cairan. Saya juga disuntikan obat dan meminum obat yang saya juga tidak tahu obat apa itu. Satu tabung infus habis, dilanjut dengan infus yang sama dengan durasi normal. Saya diberi teh manis hangat dan bubur untuk menghangatkan dan mengisi perut.
Sekitar satu setengah jam diinfus saya pun mulai tenang, walau masih vertigo tapi sudah tidak sehebat sebelumnya dan tidak muntah-muntah lagi. setelah itu dokter bertanya, "
apakah ada keluhan lain? telinga berdenging,
gak?" saya jawab tidak karena telinga saya tidak berdenging. Dokter memberikan obat dan memberi rujukan agar saya menemui dokter saraf. Sepulang dari klinik saya masih vertigo sampai dua hari kemudian. tidak bisa tidur berbaring. posisi yang agak nyaman untuk saya tidur adalah duduk bersandar.
Ketika mulai mendingan saya bersama ibu saya pergi ke dokter saraf di rumah sakit (yang memang kurang bagus), dokter menyarankan saya untuk CT Scan kepala. Setelah hasilnya keluar baik bagian radiologi maupun dokternya bahwa tidak ada masalah.
Tinnitus. beberapa hari dari dokter saraf saya mulai merasakan telinga saya berdenging sebelah. Hal ini saya ketahui ketika saya sedang menggunakan
earphone , "
lho kok ini yang sebelah kanan pelan banget ya suaranya?" tanya saya dalam hati. Kemudian saya tukar posisi
earphonenya dan ternyata saya memang kehilangan pendengaran sebelah atau disebut tinnitus. Saya pun kembali lagi ke dokter klinik yang menangani saya vertigo, beliau langsung menduga kalau saya terkena tumor. Tapi beliau tidak mau mendiagnosis dulu, beliau memberi rujukan ke saya untuk menemui dokter THT. Saya pun ke dokter THT ke rumah sakit yang kurang bagus itu. Dan saya sebal sekali karena dokternya memang buruk, suster-susternya pun tidak kompeten.
Saya dites audiometri, dan hasilnya kok malah telinga kiri saya yang bermasalah? Tidak terima hasil saya pun minta tes diulang lagi. Herannya dokter tersebut selalu memasang wajah kebingungan dan juga bingung saat memberikan pernyataan. Padahal bila dilihat dari permukaannya (wajahnya) beliau seperti sudah 50 tahun, yang biasanya saya anggap sudah senior sebagai dokter.
Tidak puas dengan hasil rumah sakit tersebut, pada April 2014 saya pun pergi ke rumah sakit baru yaitu RS Sentra Medika Cibinong. Saya menemui dokter THT di rs tersebut yang juga dokter spesialis bedah leher dan kepala. Saya bercerita dan memberitahukan keluhan saya, kemudian beliau meminta hasil CT scan saya untuk dilihat. Saat beliau memeriksa hasil CT Scan, beliau melihat ada sesuatu yang tidak baik di otak saya. Wow dalam hati saya dokter ini keren bisa melihat ada yang tidak beres. Karena hasil CT Scan kurang jelas, beliau meminta saya untuk MRI. Ditemani kedua orangtua, MRI saya lakukan di RS Pertamedika Sentul, karena sang dokter sedang praktik di sana. Hasil pun keluar dan orang radiologi menyatakan bahwa ada tumor yang bernama
Neuroma Akustik atau
Acoustic Neuroma bersemayam di otak saya.
Acoustic Neuroma. Karena saya bukan orang medis saya tidak berani menjelaskan dengan rinci penyakit ini. Singkatnya, ini adalah nama dari penyakit tumor otak yang berada di saraf pendengaran. Ini termasuk tumor jinak yang tumbuh sekitar 1-3mm pertahun. Gejalanya yaitu vertigo (pusing berputar) dan tinnitus (telinga berdenging sebelah). Saya pun dirujuk ke RSCM untuk tindakan lebih lanjut. Di RSCM saya mengulang tes audiometri dengan peralatan yang lebih canggih, tes keseimbangan, dan dokter meminta hasil CT Scan dan MRI saya. Para dokter mengatakan tindakan lanjutan adalah kalau tidak dengan metode laser atau dengan bedah. Keputusan tindakan apa yang akan saya lalui akan diberitahukan minggu depannya setelah para dokter mengadakan rapat untuk saya.
Daun Sirsak. Orangtua saya, Mama Huri & Babeh Herry, adalah yang paling khawatir tentang kondisi saya. Mereka tidak mau bila kepala saya harus
dibelek-belek . Alhamdulillahnya, orangtua saya berlangganan majalah Trubus. Dan pernah ada ulasan tentang khasiat daun sirsak untuk tumor otak. Saya lupa itu edisi keberapa. Intinya ada seorang ibu yang mengalami tumor otak dan sembuh setelah tiga bulan mengonsumsi rebusan daun sirsak. Dan menurut penelitian pun daun sirsak berkhasiat 10kali lebih bagus dari kemoterapi. Kedua orangtua saya pun sepakat agar saya tidak ikut tindakan dokter, melainkan berikhtiar dengan rebusan daun sirsak yang alhamdulillahnya pohonnya ada beberapa di perumahan saya.
Sebagai keluarga muslim yang taat, insyaaAllah, kami selalu yakin dengan penggalan kalam Allah dari surat Al-Baqarah ayat 214;
.أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
"...Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
Saya sebenarnya tidak panik dengan penyakit saya ini. Tidak tahu kenapa, mungkin karena saya tahu bahwa takdir mati itu bisa kapan saja. Ada yang tiba-tiba meninggal padahal sehat-sehat saja, ada yang sakit bertahun-tahun tak kunjung diangkat penyakitnya. Jadi saya rutin meminum daun sirsak sehari dua kali. Bagaimana resepnya ? Begini :
Untuk satu gelas rebusan (ekstrak) daun sirsak. Bismillah...
Bahan :
1. 7-15 daun sirsak segar yang tidak tua dan tidak muda (remaja, biasanya di tengah ranting)
2. Tiga gelas air.
Cara :
1. Cuci daun-daun sirsak tersebut, kemudian gunting-gunting atau potong-potong.
2. Masak tiga gelas air sampai air mendidih
3. Masukkan daun sirsak yang sudah dipotong ke air mendidih
4. Rebus daun sirsak dengan api yang sangat kecil dan tunggu hingga air surut tinggal satu gelas.
5. Berdoa, dan siap diminum.
Efek samping yang saya rasakan setelah meminum daun sirsak adalah badan sedikit berkeringat.
Tiga bulan saya rutin meminum rebusan daun sirsak alhamdulillah hasilnya saya tidak pernah pusing-pusing, keseimbangan normal, dan tidak pernah vertigo lagi. Saya terus rutin meminumnya hingga pada November 2015 (hehe kelamaan ya dari April 2014) saya kembali melakukan MRI di RS Sentra Medika Cibinong ditemani oleh tiga teman saya, Wida, Faras, dan Fadli. Hasilnya membahagiakan ! orang radiologi menyatakan bahwa kondisi otak saya normal. Alhamdulillahi robbil alamiin.
Hingga saat ini (Maret 2017) saya masih rutin mengonsumsi rebusan daun sirsak, alhamdulillah tidak pernah mengalami pusing-pusing atau bahkan vertigo lagi. hanya saja tinnitusnya masih berbunyi. saya masih berikhtiar untuk menghilangkan tinnitusnya.
Saran saya untuk para pembaca; bila terkena gejala serupa segera lah cek ke dokter untuk memastikan.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat....
Terima kasih sudah membaca...