Fawwaz, Faris, Sayyid
Senin, 23 Januari 2017
PEMANDANGAN
Kalau kita jalan ke timur laut
Di sana ada Gang Haji Shomad
Haji Shomad wafat 40 tahun silam,
beliau seorang guru yang dicintai di kampungnya.
Karena itu Gang tersebut dinamai dengan panggilannya.
Haji Shomad punya murid bernama Duloh.
Saat Haji Shomad wafat Duloh berusia 25 tahun.
Duloh bukan murid yang cerdas, biasa saja.
Tiga tahun kemudian istri Duloh melahirkan.
Duloh lupa kapan tepatnya istrinya melahirkan,
tapi ia sebut nama anaknya Ujang.
Harap penuh harap, namanya juga orangtua.
Ujang bayi selalu digendongnya, dipeluknya, diciumnya.
Berharap Ujang kelak seperti gurunya, Haji Shomad.
Karena Duloh tidak kenal siapa lagi gurunya.
Duloh tidak sekolah, tapi ia muridnya Haji Shomad.
Saat Ujang remaja, Ujang sangat merepotkan.
Saat itu Ujang SMP kelas tiga. Tapi Ujang dikeluarkan dari sekolah.
Karena ketahuan merokok bersama teman-temannya di WC sekolah.
Sedih hati Duloh. Duloh cuma seorang kuli.
Kalo ada proyek, Duloh jadi kuli bangunan.
Kalo nggak ada proyek, Duloh jadi kuli panggul di pasar.
Duloh jarang berbicara dengan Ujang sejak Ujang berusia 6 tahun.
Tapi Duloh tetap sedih karena Ujang,
anak semata wayangnya, dikeluarkan dari sekolah.
Duloh merasa bersalah, bagaimana Ujang tidak merokok,
saya saja bapaknya perokok berat.
Nasi sudah jadi bubur, kadang Ujang ikut Duloh jadi kuli.
Tapi Ujang lebih sering nongkrong bareng teman-temannya,
yang gak seberapa itu.
Usia 19 Ujang punya pacar, Wati.
Karena sering berduaan, orangtua Wati minta Ujang untuk
menikahi Wati.
Wati anak rajin, rajin begawe. tapi sayang Wati tidak
pernah sekolah.
Akhirnya Ujang dan Wati menikah. semua tetangga, saudara,
kerabat, teman, diundang.
Pesta ala kadarnya. Sudah pinjam sana pinjam sini.
Demi hari bahagia anak.
Ujang dan Wati tinggal di rumah orangtua Wati.
Mereka dikaruniai dua orang anak.
Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk ngontrak -
di kontrakan tiga pintu milik Kong Ali.
Awalnya Ujang menjadi kuli panggul di pasar. Tapi alasan capek
Ujang jadi jarang nguli dan akhirnya berhenti.
Wati sampai sekarang masih kerja sebagai pembantu-
di rumah Bu Wulan.
Wati sudah bosan dengan Ujang yang hanya menunggunya pulang
untuk disiapkan makanan.
Bila Wati sedang bekerja Ujang hanya duduk di depan kontrakan
sambil menghisap rokoknya.
Kadang teman-temannya datang untuk sekedar berbincang-
membicarakan isu politik.
Kadang Ujang pergi ke rumah temannya untuk menonton bola.
Kadang juga Ujang berjudi.
Anak-anak sudah besar, kontrakan sempit.
Anak-anak jarang pulang, lebih sering bermain bersama
teman-temannya yang memiliki motor.
Hari ini Ujang hanya duduk di depan kontrakannya,
sambil merokok,
sambil menunggu Wati pulang membawa rejeki.
Itulah pemandangan yang akan kita nikmati
bila kita berjalan ke timur laut, masuk ke Gang Haji Shomad.
Kita akan melihat Ujang, dan orang-orang yang senasib dengannya.
-digambar dan ditulis oleh Fawwaz,
Depok, 24 Januari 2017.
Langganan:
Postingan (Atom)